Menguasai teknologi persenjataan
merupakan salah satu faktor yang membuat Kekhalifahan Islam di masa kejayaan
menjadi begitu tangguh. Selain mumpuni dalam seni pembuatan pedang, dunia Islam
pun mampu menggenggam teknologi pembuatan bubuk mesiu - bahan peledak yang
digunakan untuk meriam. Sesuatu yang baru diketahui peradaban Barat pada abad
ke-14 M.
Meski sejumlah pakar bersepakat
bahwa mesiu (gunpowder) pertama kali ditemukan peradaban Cina pada abad ke-9 M.
Namun, fakta sejarah juga menyebutkan bahwa ahli kimia Muslim bernama Khalid
bin Yazid (wafat tahun 709 M) sudah mengenal potassium nitrat (KNO3) bahan utama pembuat mesiu pada abad ke-7 M. Dua abad lebih cepat dari
Cina.
''Rumus dan resepnya dapat
ditemukan dalam karya-karya Jabir Ibnu Hayyan (wafat tahun 815 M), Abu Bakar
Al-Razi (wafat tahun 932) dan ahli kimia Muslim lainnya," papar Prof Al-Hassan.
Dari abad ke abad, istilah potasium nitrat di dunia Islam selalu tampil dengan
beragam nama seperti natrun, buraq, milh al-ha'it, shabb Yamani, serta nama
lainnya.
Salah satu kelebihan peradaban
Islam dibandingkan Cina dalam penguasaan teknologi pembuatan mesium adalah
proses pemurnian potasium nitrat. Sebelum bisa digunakan secara efektif sebagai
bahan utama pembuatan mesiu, papar Al-Hassan, potasium nitrat harus dimurnikan
terlebih dahulu.
Ada dua proses pemurnian potasium
nitrat yang tercantum dalam naskah berbahasa Arab. Proses pemurnian yang
pertama dicetuskan Ibnu Bakhtawaih pada awal abad ke-11 M. Dalam kitab yang
ditulisnya berjudul Al-Muqaddimat yang disusun pada tahun 402 H/1029 M, Ibnu
Bakhtawaih menjelaskan tentang pembekuan air dengan menggunakan potasium nitrat
- yang disebut sebagai shabb Yamani.
Proses pemurnian potasium nitrat
juga termaktub dalam buku berjudul Al-Furusiyyah wa Al-Manasib Al-Harbiyyah
karya Hasan Al-Rammah - ilmuwan Muslim pada abad ke-13 M. Dalam karyanya itu,
Al-Rammah menjelaskan proses pemurnian potasium nitrat secara komplet.
"Prosesnya purifikasi yang disusun Al-Rammah menjadi standar baku yang
dapat kita temuka dalam beragaman risalah kemiliteran," imbuh Prof
Al-Hassan.
Al-Rammah menjelaskan secara
rinci dan jelas tentang proses pemurnian potasium nitrat. Metode pembuatan
potasium nitrat ini kerap diklaim peradaban Barat sebagai temuan Roger Bacon.
Namun klaim itu dipatahkan sendiri oleh ilmuwan barat bernama Partington.
"Proses pembuatan saltpetre - nama lain potasium nitrat - pertama kali
diketahui dari Hasan Al-Rammah.
Prof Al-Hassan menemukan fakta
bahwa potasium nitrat begitu banyak digunakan pada saat meletusnya Perang
Salib. Pada tahun 1249 M, Raja Louis IX dari Prancis mengobarkan Perang Salib
VII. Pasukan tentara Perang salib dari Prancis berniat menyerbu Mesir. Dalam
Pertempuran Al-Mansurah yang meletus tahun 1250 M, pasukan tentara Salib dibuat
kocar-kacir oleh pasukan Muslim.
Bahkan, Raja Louis IX pun takluk
dan ditahan karena tak mampu menghadapi kehebatan moncong meriam dan roket.
Pada saat itu, pasukan Muslim sudah menggunakan bubuk mesiu sebagai bahan
peledak meriam. Jean de Joinville, salah seorang perwira tentara Perang Salib,
menjelaskan dengan betapa hebatnya dampak proyektil yang ditembakkan meriam
tentara Muslim terhadap pasukan tentara Prancis.
Kalangan sejarawan menafsirkan
kesaksian Joinville itu. Menurut para sejarawan, proyektil yang dijelaskan
Joinville itu pastilah mengandung bubuk mesiu. Kehebatannya mampu membuat
kocar-kacir pasukan tentara Salib. Lembaga Ruang Angkasa Amerika Serikat (NASA)
dalam publikasinya mengenai sejarah roket juga mengakui teknologi militer dunia
Islam di abad ke-13 M.
"Pasukan tentara Muslim
melengkapi persenjataannya dengan roket yang ditemukannya sendiri. Saat Perang
Salib VII mereka menggunakannya untuk melawan pasukan Prancis yang dipimpin
Raja Louis IX." Dua dasawarsa berikutnya Raja Louis mencoba kembali
menyerang Tunisia.
Namun, dendamnya itu justru
berakhir dengan kematian baginya. Pasukan Muslim dibawah kekuasaan Dinasti
Mamluk dengan mesiu dan senjatanya kembali membuat kocar-kacir tentara Salib.
Sejarawan Inggris, Steven Runciman dalam bukunya A History of the Crusades
menuturkan bahwa mesiu digunakan secara besar-besaran pada 1291 M di akhir
Perang Salib.
Sejak itu, persenjataan militer
menggunakan mesiu secara besar-besaran Pada tahun 1453 M, Sultan Muhammad II
Al-Fatih dari Turki juga mampu menaklukkan kepongahan Konstantinopel dengan
mesiu dan meriam raksasa. Dalam empat risalah berbahasa Arab disebutkan pada
perang Ayn Jalut di Palestina pada tahun 1260 M antara tentara Islam sudah
menggunakan meriam kecil yang bisa dijinjing saat bertempur melawan Mongol.
Meriam dan mesiu digunakan dalam
peperang di abad pertengahan untuk menakuti kuda-kuda dan pasukan kavaleri
musuh. Selain menggunakan mesiu untuk persenjataan, pada era itu juga digunakan
untuk membuat mercon. Dinasti Mamluk dalam perayaan-perayaan di abad ke-14 M,
dilaporkan biasa menampilkan atraksi petasan. Istilah petasan sudah disebutkan
dalam harraqat al-naft or harraqat al-barud.
Seorang penjelajah asal Prancis
bernama Bertrandon de la Brocquiere terperangah melihat pertunjukan petasan
ketika tiba di Beirut pada tahun 1432 M. Saat itu, penduduk Beirut tengah
bersuka cita merayakan hari Idul Fitri. Brocquiere mengaku baru pertama kali
melihat pertunjukan mercon. Pada era itu bangsa Prancis belum mengenal dan
melihat mercon.
Pada waktu itula, Brocquiere
kemudian mencoba mempelajari rumus dan resep rahasia pembuatan mercon. Ia lalu
membawa rumus-rumus yang diperolehnya ke Prancis. Sementara itu, untuk pertama
kalinya mercon dikenal di Inggris pada tahun 1486 M ketika Henry VII menikah.
Sejak era kekuasaan Ratu Elizabeth I, mercon dan kembang api mulai populer.
Sejak abad ke-13 M, peradaban
Islam sudah mampu menyusun rumus dan komposisi mesiu serta bahan lainnya yang
digunakan untuk membuat berbagai jenis bahan peledak. Peradaban Barat lalu
meniru dan menggunakan teknologi yang dimiliki dan dikuasai umat Islam di era
keemasan itu.
Meski berutang kepada peradaban
Islam, pencapain sangat tinggi yang diraih umat Islam dalam teknologi pembuatan
mesiu dan meriam kerap kali dihilangkan para sejarawan Barat. Sejarah Barat
selalu menyebutkan sejarah mesiu dari Cina langsung ke Barat, tanpa menyebut
pencapaian di dunia Islam.
Oleh sebab itu, Marilah umat Islam, Marilah kita bangkit kembali menegakan Islam.
Oleh sebab itu, Marilah umat Islam, Marilah kita bangkit kembali menegakan Islam.
sumber : suaramedia.com
settuju.... gan!!!
BalasHapus